Kawasan Bromo kembali dibuka sepenuhnya untuk wisatawan sejak 12 Maret 2016. Pembukaan kawasan wisata ini bertepatan dengan acara selamatan yang digelar suku Tengger.
Sebelumnya Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menutup kawasan kaldera Bromo sejak 4 Desember 2015. Pembukaan kawasan wisata itu dilakukan menyusul status Gunung Bromo turun dari siaga menjadi waspada sejak Jumat, 26 Februari 2016.
Tetapi meski sudah kembali di buka, wisatawan tetap dilarang naik ke kawah Bromo. Menurut Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS), Ayu Dewi Utari, kawasan kaldera Bromo sudah dibuka untuk turis dan masyarakat setempat sejak Sabtu 27 Februari 2016. Pengunjung bisa masuk ke kawasan lautan pasir, tetapi dilarang naik ke kawah Bromo.
Selanjutnya Ayu menjelaskan pembukaan Kawasan Bromo pada Sabtu, 12 Maret 2016 kemaren ini juga bertepatan dengan budaya masyarakat Tengger setempat yang menggelar acara selamatan Budaya Tengger. Acara tersebut kemudian dilanjutkan dengan kerja bakti yang melibatkan seluruh pihak dari empat pintu masuk di empat kabupaten di sekitar Bromo.
Sebelumnya, masyarakat setempat mempercayai erupsi Bromo terjadi karena proses pembangunan jalur untuk kuda yang dianggap melanggar kepercayaan warga lokal. Jalur baru itu dibangun agar jalur pejalan kaki berbeda dengan jalur ojek kuda.
Usai dibuka penuh pada 12 Maret 2016, BBTNBTS meminta seluruh penyedia jasa yang terlibat di sekitar Bromo agar mematuhi aturan yang ada.
Penurunan status Gunung Bromo juga diikuti dengan penutupan posko pemantauan milik Palang Merah Indonesia (PMI) di Kabupaten Malang. Kepala Bidang Pelayanan PMI Kabupaten Malang, Amirul Yasin mengatakan fokus relawan PMI akan dialihkan untuk siaga banjir dan longsor selama musim hujan. Sebelumnya PMI melakukan pemantauan di empat pos pantau Bromo yaitu Ngadas, Wringinanom, Taji dan Jabung. (Vin/dari berbagai sumber)